Kewirausahaan di MAN 1 Payakumbuh

oleh: M.Putra Graha, S.Pd*

 Apabila anda berkunjung ke MAN 1 Payakumbuh pada jam sekolah, ada satu pemandangan yang agak berbeda yang akan anda temukan disana dibanding Madrasah Aliyah lain yang ada di Nusantara ini; di samping pintu masuk beberapa lokal belajar akan terlihat beberapa buah meja yang jika dilihat lebih dekat adalah jajanan para siswa/i-nya, ada pergedel, kue bolu panggang, kacang kedelai rebus, dan lain sebagainya. Tahukah anda siapa yang meletakkan jajanan tersebut ? Itu tak lain adalah salah seorang siswa yang duduk di lokal yang bersangkutan. Dalam prakteknya, siswa yang bersangkutan hanya diperbolehkan mengelola barang dagangannya pada saat jam pelajaran belum dimulai atau pada masa transisi pergantian guru dari satu mata pelajaran ke mata pelajara yang berikutnya. Lagi pula, mereka menerapkan sistem warung jujur pada barang dagangan yang digelar; siapa yang ingin membeli, mengambil barang jajanan tersebut dan meletakkan uang pembayarannya disamping tempat jajanan tersebut diletakkan.

            Semua yang terpapar tersebut adalah buah dari mata pelajaran Kewirausahaan yang pada saat ini merupakan mata pelajaran muatan lokal unggulan dari madrasah yang dipimpin oleh Drs.H.Marlim Ramli ini.

            Ada satu alasan kuat kenapa madrasah yang Kepalanya ini akan pensiun pada awal Februari tahun 2012 ini menetapkan pilihan pada Kewirausahaan sebagai mata pelajaran Muatan Lokal unggulan; ada banyak siswanya yang berasal dari keluarga yang lemah dari segi ekonomi untuk menyekolahkan mereka. Sehingga diharapkan, dengan adanya mereka dibekali dengan wawasan dan keterampilan kewirausahaan, selepas mereka dari Madrasah yang berada di Jalan Rasyid Thaher no.56 Payakumbuh  ini, mereka tidak akan putus harapan untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, karena insya Allah mereka akan bisa mandiri secara ekonomi dan sedikit demi sedikit terlepas dari orangtua mereka. Bahkan ada diantara siswa tersebut yang sudah mampu memperoleh penghasilan sebesar 800 ribu rupiah sebulan dari usaha sampingan yang dia lakukan disekolah dan dirumahnya yang kemudian digunakannya untuk mencicil sebuah sepeda motor matic baru dan sebuah Laptop.

            Pada saat ini, mata pelajaran yang sudah eksis di Madrasah Aliyah Negeri pertama di kota Payakumbuh ini sejak KTSP diberlakukan disana dibimbing oleh 4 orang guru: Deswita, S.Ag; Siti Mico Handaru, M.Si; Aisyah, S.PdI; dan Dewi Putri, S.Pd.

            Dalam aplikasinya, siswa diberikan wawasan bagaimana cara melihat peluang usaha; dilanjutkan dengan  cara-cara untuk mendapatkan modal usaha; merencanakan usaha; merealisasikan sebuah usaha; mengelola modal dan laba usaha; mengembangkan usaha; serta trik-trik untuk bisa bertahan didalam krisis.

            Ada satu perbedaan nyata antara Mulok Kewirausahaan di Madrasah yang satu ini jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang sama di sekolah lain (misalnya SMK); disini bobot pembelajaran siswa adalah 25% teori dan 75% praktek. Kurikulum yang disusun merupakan akumulasi wawasan dan pengalaman guru-guru yang mengajar dalam menjalankan usaha sampingan diluar sekolah; siswa diajar bagaimana cara membuat kue dan cara memasarkannya; membuat lontong sayur; pical; makanan ringan lain; menjual alat-alat tulis; membordir and menyulam untuk yang perempuan; membuat pohon bunga plastik (beberapa karya siswa MAN 1 Payakumbuh ini ada di pajang di kantor dan aula kementrian Agama kota Payakumbuh); dan lain-lain.

            Pembelajaran tidak selalu dilakukan secara klasikal, dalam beberapa kesempatan siswa juga dibawa turun langsung ke lapangan untuk melihat bagaimana kegiatan wirausaha tersebut dilakoni oleh sejumlah elemen masyarakat; sebagaimana yang baru-baru ini dilakukan oleh sekelompok siswa yang dibina oleh Ibu Deswita, S.Ag – yang mengadakan kunjungan wirausaha ke sebuah sentra industri rumah tangga pembuatan kerupuk jamur tiram di kecamatan Mungka, kabupaten 50 Kota. Ada juga yang dilakukan dengan mengundang langsung pelaku usaha untuk datang ke sekolah untuk membagikan pengalaman mereka dan mengajarkan sedikit keterampilan mereka kepada para siswa, misalnya dalam keterampilan sablon.

            Walaupun diatas kertas mata pelajaran ini bobotnya cuma 1 jam pelajaran, namun jika ditambah dengan keterampilan yang mereka peroleh pada mata pelajaran Keterampilan, bobotnya akan menjadi 3 jam pelajaran; artinya, mata pelajaran Kewirausahaan ini saling mendukung keberadaannya dengan mata pelajaran Keterampilan. Sangatlah besar harapan dari semua elemen madrasah agar tamatan MAN yang tertua di Payakumbuh ini  bisa menjadi insan-insan yang mandiri di masa depan mereka, apapun bidang pekerjaan yang akan mereka geluti di masa hadapan mereka.

*Guru Bahasa Inggris MAN 1 Payakumbuh

*Wakil Kepala Urusan Kurikulum.